Mojokerto (transversalmedia) – Pemkot Mojokerto melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Mojokerto terus mengupayakan agar ketahanan pangan terus terjaga dengan cara menggalakkan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) sebagai pengganti beras. Jumat (7/5/2021).
Untuk itu sebagai salah satunya dengan upaya pendayagunaan yaitu ubi kayu, sebagai penyangga ketahanan pangan. Pengembangan teknologi pembuatan tepung ubi kayu menghasilkan produk yang lebih di minati konsumen dan sifat fisikokimianya meningkat. Sehingga cocok sebagai pengganti tepung terigu pada pengolahan produk pangan, seperti cookies, roti, dan mie.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan produk turunan tepung ubi kayu, yaitu tepung mocaf (Modified Cassava Fluor).
“Saat memang belum namun kita merencanakan agar tepung mocaf bisa dibuat di Kota Mojokerto,” ujar Kepala DKPP Kota Mojokerto Drs R Happy Dwi Prastiawan M.Si.
Memang ada kendala terkait bahan utama untuk memproduksi tepung mocaf. Sebab lahan pertanian di kota Mojokerto tidak cocok untuk ditanami ubi kayu. “Butuh tanah yang gembur untuk menanam ubi kayu,” imbuhnya.
Namun demikian, lanjutnya, bahan utama berupa ubi kayu mudah didapat dengan harga yang murah. “Karena bahan bakunya yang murah sehingga tepung mocaf ini harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan tepung terigu namun kandungan gizi dan manfaatnya tidak kalah dengan tepung terigu,” katanya.
Meski nampaknya sama-sama dari singkong, namun tepung mocaf berbeda dengan tepung tapioka. Perbedaan mocaf dan tapioka terletak pada cara pembuatannya. Masing-masing juga memiliki kelebihan dan kekurangan untuk beragam produk makanan.
Meski demikian, kini tepung mocaf mulai banyak dilirik karena nutrisi dan rendah indeks glikemik yang membuatnya bisa menjadi konsumsi untuk orang dengan kadar gula tinggi.
Didampingi Kepala Bidang Ketahanan Pangan, SRI ASIH, S.Sos,MM, Happy menjelaskan, DKPP Kota Mojokerto,dalam rangka ketahanan keluarga, saat ini menggalakkan pemanfaatan pekarangan untuk ditanami sayuran dengan menggunakan polybag dan hidroponik.
“Hasilnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan kalau ada sisa masih dapat dijual untuk menambah perekonomian keluarga,” pungkasnya.
(Gon)