Mojokerto (transversalmedia) – Dunia di era digital semakin lama semakin berkembang di tingkat pelosok – pelosok daerah salah satunya Kota Mojokerto. Dengan meningkatkan kecakapan pada program ‘Makin Cakap Digital’, yakni literasi digital. Dengan kemampuan digital (digital Skills), budaya digital (digital cultures), etika digital (digital ethics), dan keamanan digital (digital safety) menjadi objek utama program ini.

Dalam Webinar, Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari menjadi narasumber di ‘makin cakap digital’ sedangkan Plt, Kadiskominfo Kota Mojokerto, Moch. Ali Imron turut menjadi narasumber. Jumat (01/10/2021). 

Diketahui, keikut sertaan webinar, ada sebanyak 447 peserta. 

Ning Ita menyampaikan bahwa digitalisasi menuntut manusia berkembang apalagi dalam era 4.0 seperti sekarang ini. Adanya pandemi Covid-19 menjadi perkembangan teknologi sudah sedemikian pesat.

“Dimana media sosial merupakan fenomena yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Namun yang perlu digaris bawahi adalah dalam implementasinya masih banyak pengguna media sosial yang belum bijak dalam menggunakan teknologi tersebut”, kata Ning Ita.

Dengan maraknya penyebaran informasi salah atau hoaks, ujaran kebencian, atau hate speech.

“Karena ini berpeluang menciptakan ruang digital yang tidak menyenangkan. Karena terdapat banyak konten-konten negatif. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi tentang pentingnya etika digital dalam kehidupan masyarakat, ” jelas Ning Ita.

Ning Ita memperkenal Netiket, apa itu ? etika dalam berkomunikasi lewat internet. Kata ini merupakan gabungan dari kata “network” dan “etiquette”. Istilah ini digunakan untuk menyebut tata cara pergaulan (Netiket) di internet atau etika komunikasi di internet. 

Netiket memiliki fungsi yang sama dengan Netiquette yang ada di dalam lingkungan sosial manusia, yaitu merupakan tata krama atau sopan santun yang harus diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Hal ini digambarkan oleh Ning Ita sedemikian jelasnya dalam webinar. Menurut Ning Ita, fenomena netizen yang tidak sopan menjadi latar belakang kemunculan netiket ini.

“Sebenarnya dasar munculnya standar baru tentang etika dalam iklim komunikasi digital di media sosial atau yang disebut dengan netiket ini, dikarenakan banyaknya pengguna media sosial yang tadi itu belum memahami sehingga mereka ini disebut dengan istilah netiket tadi”, jelas Wali Kota perempuan pertama ini.

Ning Ita menambahkan bahwa apabila etika bermedia sosial ini dipahami, akan memunculkan situasi yang harmonis dalam jejak digital bermedia sosial kita.

“Karena belum memahami bagaimana tanda bermedia sosial yang baik bahwa mereka tidak boleh menggunakan kata-kata yang sifatnya provokatif ataupun mengarah kepada ujaran kebencian atau mengarah pada hal-hal yang mengunggah postingan postingan atau ujaran kebencian”, pungkas Ning Ita, Wali Kota Mojokerto.

(Adv/Gon)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here