Mojokerto (transversalmedia) – Seperti yang kita ketahui, Maggot BSF (Black Soldier Fly) adalah larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Bentuk dari siklus pertama (larva) Black Soldier Fly yang nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa. Fase metamorfosa maggot BSF dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa, semuanya memakan waktu 40 sampai 45 hari saja.
Untuk itulah Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, yang akrab di panggil Ning Ita ini mengajak warga kota Mojokerto untuk budidaya maggot. Mengajak tentunya memberikan bekal bagi yang berkeinginan.
Melalui Dinas Lingkungan Hidup atau DLH kota Mojokerto, Ning Ita memberikan pengarahan dan pelatihan ketrampilan budidaya maggot bagi warga kota Mojokerto. Ada sebanyak 80 warga Kota Mojokerto mengikuti pelatihan budidaya maggot. Peserta merupakan perwakilan dari anggota karang taruna, TPST, dan BSI Faskel. Mereka terbagi menjadi dua sesi pelatihan, Jumat dan Sabtu (19-20 November 2021). Tiap sesi dihadiri oleh 40 peserta.
Pelatihan tersebut berlangsung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan tersebut merupakan upaya Pemkot Mojokerto untuk meningkatkan keikutsertaan warga dalam mengurangi sampah, terutama jenis organik, di Kota Mojokerto, dan mafaatnya sangat besar.
“Dari budidaya Maggot ini, tidak hanya membantu pemerintah mengurangi sampah, khususnya jenis organik, tapi juga bisa menambah penghasilan panjenengan”, kata Ning Ita. Sabtu (20/11/2021).
Belakangan magot makin populer di berbagai daerah dan bisa di manfaatkan untuk pakan ternak, seperti burung, ayam, bebek, bahkan ikan. Selain itu maggot bisa mengurangi resiko banjir di musim penghujan karena makanan maggot itu sendiri adalah sampah organik. Bukan hanya itu saja, Ning Ita menyebut budidaya Magot akan membantu peluang untuk menambah pendapatan masyarakat.
Perlu diketahui, belakangan kesadaran warga Kota Mojokerto untuk turut serta dalam pengurangan sampah memang mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), pada tahun 2019, Bank Sampah Induk mampu mendaur ulang sampah hasil pemilahan masyarakat sebanyak 212,7 ton pertahun.
Memasuki tahun 2020, angka tersebut turun menjadi 161,4 ton. Penurunan tersebut diprediksi akan berlanjut di tahun 2021 menjadi hanya 61,1 ton. Padahal jelas, dalam pengelolaan sampah, perlu kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
Oleh karenanya, pelatihan Magot diharapkan dapat kembali menarik minat masyarakat untuk turut serta mengurangi volume sampah. “Setelah panjenengan mendapat ilmunya, tentu nanti harus diimplementasikan. Saya mohon ada komitmen dari panjenengan untuk turut serta dalam mengurangi sampah”, tutupnya.
(Adv/Gon)