Mojokerto (transversalmedia) – Dengan angka stunting terendah se-Jawa Timur, Hal ini Kota Mojokerto mempunyai kebanggaan tersendiri. Meskipun demikian, hal ini tidak boleh lengah akan tetapi semangat harus ditambah dengan mengejar kota zero stunting. Statemen ini diungkapkan Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat menggelar kegiatan Rembuk Stunting di Graha Mandala Shaba Madya Pemkot Mojokerto, jalan Gajah Mada No 145. Rabu (20/7/2022).
“Kita (Kota Mojokerto) boleh berbahagia dan berbangga atas pencapaian angka prevalensi bayi stunted di kota Mojokerto yang sudah satu digit yaitu 6,9%, terendah dan satu-satunya satu digit di Jawa Timur”, ungkapnya.
Menurut Wali Kota yang akrab dipanggil Ning Ita, kebahagiaan tetap harus diiringi dengan ikhtiar Kota Mojokerto sebagai zero stunting. Karena zero stunting menjadi program nasional yang harus diikhtiarkan secara serentak oleh seluruh daerah dengan berkomitmen dan berkolaborasi tidak hanya dengan unsur pemerintah, namun seluruh jajaran stakeholder dan masyarakat bersama-sama mengupayakan percepatan penurunannya menjadi zero stunting.
“Nah Kota Mojokerto bercita-cita ingin menjadi daerah yang bisa mendukung mensukseskan program nasional, yaitu mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan percepatan penurunan stunting. Sehingga di tahun 2045 nanti cita-cita nasional Indonesia generasi emas ini bisa didukung sepenuhnya dari Kota Mojokerto”, jelasnya.
Orang nomor satu di Pemerintah Kota Mojokerto menjelaskan, percepatan yang dimaksud dilakukan secara bersama-sama seluruh stakeholder dengan peran dan fungsinya masing-masing. Tentunya nanti akan dituangkan dalam sebuah rencana aksi bersama-sama yang di breakdown berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing.
“Saya menyebutnya ini program keroyokan (bersama-sama) karena kalau goal yang kita tuju ini kita upayakan secara keroyokan maka pencapaiannya akan lebih cepat dibandingkan jika hanya dilakukan sendirian”, katanya.
Sedangkan, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Mojokerto, dr Triastutik Sri Prastini Sp.A menuturkan, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dan Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) 2019, di tingkat nasional menunjukkan penurunan prevalensi stunted sebesar 3,3% selama periode 2 tahun, yaitu dari 27,7% (2019) menjadi 34,4% (2021).
Sedangkan angka prevalensi stunting di Jawa Timur berdasarkan SSGI 2021 mencapai 23,5%. Adapun berdasarkan SSGI 2021 dan SSGBI 2019, di kota Mojokerto menunjukkan penurunan prevalensi stunting sebesar 2,1% selama periode 2 tahun, yaitu dari 9,04% (2019) menjadi 6,9% (2021). “Batas masalah kesehatan stunting menurut WHO sebesar 20%,” imbuhnya.
Dokter spesialis anak ini menjelaskan, Rembuk Stunting Kota Mojokerto dilaksanakan dengan maksud, Pemkot secara bersama-sama akan melakukan konfirmasi, sinkronisasi dan sinergitas hasil analisis situasi dan penyusunan rancangan rencana kegiatan dalam upaya penurunan stunting terintegrasi.
“Rembuk Stunting merupakan sarana penguatan komitmen bersama lintas sektor dan seluruh elemen kota dalam upaya percepatan penurunan stunting”, pungkasnya.
Sementara itu, Wakil DPRD Kota Mojokerto, Sonny Basoeki Rahardjo mengatakan mengapresiasi langkah apa yang diarahkan Ning Ita dan memberikan semangat untuk para kader, “Saya ini saat turun pada masyarakat, setiap tugas kader mulai dari pemberantasan nyamuk sampai pencegahan stunting tapi anggarannya kok sedikit”, ujarnya.
“Suksesnya stunting dengan jumlahnya berapa sih para kader ini ?, Nanti honornya bisa ditambahin, yang penting jika ditambahi kerjanya jangan sampai menurun, akan tetapi tugasnya harus semangat”, katanya.
(Gon)