Mojokerto (transversalmedia) – Upaya Pemerintah kota Mojokerto dalam melaksanakan penurunan stunting sangat optimal dalam akhir tahun 2024. Yang mana prevalensi stunting pada akhir tahun 2024, prevalensi stunting di Kota Mojokerto hanya menyisakan 1,54 persen (88 anak).
Dalam penjelasan Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Kota Mojokerto, dr Farida Mariana M.Kes, dengan didampingi Kabid Kesmas, drg Dewi Alindawati, sebelumnya pada tahun 2022, prevalensi stunting di Kota Mojokerto sebesar 3,12%. Angka terus menurun menjadi 2,04% pada tahun 2023.
Pada Juli 2024, prevalensi stunting di Kota Mojokerto menjadi 1,85%. Dan pada akhir tahun 2024 menyisakan hanya 1,54℅ (88 anak).
“Prevalensi stunting 1,54% ini sudah lebih rendah dari target Kota Mojokerto 3,12℅ dan juga target nasional 14℅”, katanya. Kamis (13/2/2025).
Dikatakan, capaian ini tidak menjadikannya puas. Hal ini, menambah semangat, sebab komitmen Pemkot Mojokerto yang bekerja keras menurunkan angka stunting membuahkan hasil.
“Keseriusan ini kami, berkomitmen kuat untuk menurunkan angka stunting. Alhamdulillah ada kemajuan”, ungkapnya.
Ia menjelaskan, beberapa faktor yang menyebabkan stunting. Yakni pola asuh yang salah, pemahaman orang tua tentang kebutuhan gizi pada balita kurang, dan faktor ekonomi. Sedangkan cara mengatasi stunting diantaranya perbaiki stunting sebelum usia 2 tahun, berikan ASI, imunisasi rutin, memantau tumbuh kembang anak, perilaku hidup bersih dan sehat, memakai jamban sehat, dan beri olahan protein hewani pada Makanan Pendampin ASI (MPASI).
Dengan mengetahui cara mengatasinya, selanjutnya Pemkot Mojokerto melalui Dinas Kesehatan menelurkan Program Canting Gula Mojo yang merupakan akronim dari Cegah Stunting, Gerak Unggul Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto.
“Canting Gula Mojo merupakan inovasi Dinkes untuk stunting yang dimulai dari pemberian tablet tambah darah bagi rematri (remaja putri) dan edukasi hidup sehat,” jelasnya.
Di Puskesmas, lanjutnya, ada Poli Laduni (Layanan Terpadu Pranikah) yang merupakan layanan bagi calon pengantin (catin).
“Poli Laduni meliputi pemeriksaan kesehatan, edukasi kesehatan, dan pemberian suplemen kesehatan, sehingga catin siap memasuki pernikahan dengan kondisi yang sehat dan siap untuk kehamilan yang sehat,” tandasnya.
Ketika hamil, lanjutnya, dilanjut dengan pemeriksaan kesehatan rutin bagi ibu hamil (bumil) di Puskesmas selama kehamilan.
“Juga ada edukasi melalui kelas bumil di Puskesmas, sehingga bumil memiliki pengetahuan tentang apa saja yang harus dilakukan selama hamil agar ibu dan janin sehat,” jelasnya.
Kemudian pelayanan dilanjutkan dengan pelayanan ibu bersalin dan bayi baru lahir.
“Ada kelas ibu balita di puskesmas untuk memberikan pemahaman orang tua tentang kebutuhan gizi pada balita,” terangnya.
Bukan itu saja, di Posyandu ada pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita. Juga ada PMT bagi balita wasting. Yakni kondisi ketika berat badan balita lebih rendah dibandingkan tinggi badannya. Wasting merupakan salah satu bentuk masalah gizi pada anak.
“Bagi balita stunting, diberikan susu PKMK (Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus) dan makanan bergizi double protein”, pungkasnya.
(Gon)