Mojokerto (transversalmedia) – Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Mojokerto, para OPD ditekankan membuat inovasi yang signifikan. Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah kota (Sekdakot) Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo ATD MM. di Ruang Command Center, Balai kota Mojokerto. Selasa (07/10/2025).
“Bahwa kita ini bukan lagi berpikir target PAD tahun 2025 bisa tercapai, jadi bagaimana PAD kota Mojokerto ini terjadi peningkatan yang signifikan”, katanya saat membuka ‘Desk Upaya Peningkatan PAD tahun 2025.
Diterangkan, tentunya para OPD harus penuh dengan inovasi kreativitas dengan merubah mindset untuk mencari gagasan dan ide. “Bahwa konstruksi atau kultur yang ada di APBD yang saya rinci, ada pendapatan, belanja, pembiayaan”, tuturnya.
Komposisi dari PAD dan pendapatan transfer yaitu PAD rata-rata hanya menyumbang 29 persen sedangkan sisanya 71 persen dari dana transfer.
Untuk anggaran tahun 2026, direncanakan, dibahas, dihitung mulai dari sekarang. Sementara angka yang sudah diterbitkan untuk dana transfer mengalami penurunan drastis untuk seluruh kota dan kabupaten.
“Kota Mojokerto menurun Rp 105 miliar, jadi program dan kegiatan belanja harus disesuaikan”, tuturnya.
Sementara kemampuan anggaran kota Mojokerto setelah dirinci, mencapai Rp 700 miliar yang termasuk dana transfer dan PAD. “PAD kita yang besar disumbang dari BLUD dari rumah sakit, puskesmas dan pendapatan BLUD itu digunakan operasional BLUD itu lagi”, jelasnya.
Artinya pendapatan mendapat penurunan sehingga belanja juga mengalami penurunan. “Jadi kita harus betul-betul mana yang diprioritaskan, untuk ukuran prioritas yaitu gaji, belanja wajib pelayanan dasar dan non pelayanan dasar”, tambahnya.
Dengan kondisi semacam ini, pendapatan harus ada kenaikan yang signifikan, maka dengan hal itu, Pemerintah kota Mojokerto mendatang konsultan Universitas Brawijaya untuk menaikan sumber PAD.
“Tetapi tahun depan mempunyai strategi untuk menciptakan obyek-obyek retribusi yang baru atau obyek-obyek peningkatan pendapatan yang baru. Bisa dari pajak, retribusi, sewa. Kita punya aset kita optimalkan”, katanya.
Konsep inilah yang harus diwujudkan untuk kedepannya. Memang awalnya sulit akan tetapi dengan digitalisasi pembayaran non tunai pendapatannya meningkat drastis dan valid.
Dijelaskan, pesan dari Wali Kota Mojokerto, ‘Kencang Ikat Pinggang, Kita Putar Otak’, yang artinya. “Kencang Ikat Pinggang artinya efisiensi belanja yang betul-betul sangat prioritas itu yang diutamakan. Sedangkan putar otak artinya ciptakan inovasi mencari sumber-sumber pendapatan yang lain”, pungkasnya.
(Gon)