Wali Kota Mojokerto Ajak Masrakat Terapkan Pola Hidup Sehat Lewat GERMAS

Mojokerto (transversalmedia) – Pemerintah kota Mojokerto melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Mojokerto melaksanakan koordinasi kelompok kerja dan mitra gerakan masyarakat (germas) hidup sehat tahun 2025. Yang diselenggarakan di ruang Sabha Mandala Madya. Rabu (15/10/2025).

Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari mengatakan komitmennya untuk terus menggerakkan kolaborasi lintas sektor dalam menyukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Kota Mojokerto. “GERMAS ini merupakan program nasional yang wajib disukseskan seluruh daerah di Indonesia. Kesuksesan nasional bergantung pada keberhasilan di tingkat daerah, termasuk Kota Mojokerto”, katanya.

Diterangkan, meskipun kota Mojokerto wilayahnya kecil dengan penduduk yang sangat sedikit yang diwajibkan turut mensukseskan program nasional germas. “Karena itulah kita membuat rencana kegiatan terkait menggerakkan masyarakat untuk membudayakan berpola hidup yang sehat”, terangnya.

Orang nomor satu di kota Mojokerto ini, mengaku Pemerintah kota Mojokerto melakukan monev secara berkala pola hidup yang sehat. Hal ini turut melibatkan banyak sektor yaitu TNI, Polri, rumah sakit se-kota Mojokerto, dan mitra-mitra germas (organisasi profesi, organisasi massa, organisasi sosial).

“Karena kesuksesan germas tidak hanya memakai tangannya Pemerintah Daerah, tetapi pada kekuatan-kekuatan kolaborasi lintas sektor”, tuturnya.

Saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Mojokerto telah mencapai di atas angka 80, masuk kategori sangat tinggi. Nilai tersebut menunjukkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat yang baik. Namun, ia menegaskan, capaian itu tidak boleh membuat masyarakat lengah. “Meski IPM kita sudah tinggi, bukan berarti kita berhenti. GERMAS harus terus kita dorong bersama agar kesadaran masyarakat untuk hidup sehat semakin meningkat,” katanya.

Sebagai bentuk nyata penguatan GERMAS, Ning Ita akan menginstruksikan agar Senam Kreasi Kota Mojokerto Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) dijadikan senam wajib di seluruh sekolah, instansi pemerintahan, hingga masyarakat.

Senam yang diadaptasi dari lagu resmi Kota Mojokerto ini dinilai cocok untuk semua usia, mulai anak-anak hingga lansia. “Senam ini akan kita hidupkan kembali sebagai gerakan harian di sekolah dan instansi, seperti dulu ada SKJ. Tujuannya agar olahraga menjadi kebiasaan dan budaya masyarakat,” tutur Ning Ita.

Ia berharap, melalui pembiasaan tersebut, kesehatan masyarakat meningkat dan kualitas sumber daya manusia Mojokerto semakin unggul, serta mendukung terwujudnya Cita pertama dalam Panca Cita yakni peningkatan kualitas SDM. “Kita ingin warga Kota Mojokerto tidak hanya panjang umur, tapi juga sehat, mandiri, dan tidak menjadi beban keluarga maupun negara. Itulah makna GERMAS yang sesungguhnya,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes PPKB kota Mojokerto, dr. Hesti Puspasari Sp.A., M.Kes mengatakan saat ini telah mengalami perubahan pola penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan pesakitan akibat penyakit yang tidak menular. Contohnya ; Stroke, darah tinggi, hipertensi, kencing manis atau diabetes melitus.

“Sementara di sisi lain walaupun pesakitan akibat penyakit menular ini menurun namun prevalensinya cukup tinggi, selain itu berhadapan dengan beban ganda masalah gizi”, terangnya.

Sedangkan sebagian penduduk usia di atas 18 tahun mengalami overweight atau obesitas, sehingga perlu diwaspadai karena akan berdampak pada peningkatan risiko penyakit tidak menular. “Faktor resiko kekurangan gizi pada usia dini yaitu obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok dan pola makan yang tidak seimbang berkontribusi pada peningkatan prevalensi penyakit tidak menular”, ujarnya.

Usia dini yang merupakan tenaga produktif di masa depan, dikhawatirkan tidak dapat meningkatkan produktivitasnya karena sudah beresiko tinggi pada penyakit sebagai akibat merokok. “Karena adanya penyakit PTN ini merupakan menjadi beban negara, beban bagi pemerintah dan masyarakat karena penanganannya membutuhkan biaya yang cukup besar dan teknologi yang tinggi”, tuturnya.

Maka pencegahan penyakit, akan sangat bergantung pada perilaku individu yang didukung oleh kualitas lingkungan ketersediaan sarana dan prasarana, serta mendukung perilaku hidup sehat dan perlu dukungan regulasi, untuk mengimplementasikan hidup sehat. “Diperlukan keterlibatan aktif seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah, sektor non pemerintah dan masyarakat sehingga gerakan yang sistematis dan terus-menerus diperlukan untuk mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat”, pungkasnya.

(Gon) 

Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terpopuler