Mojokerto (transversalmedia) – Aktifitas masyarakat di kota Mojokerto semakin longgar, hal itu kota Mojokerto masuk dalam PPKM level 2 sejak per 15 September 2021 masuk pada PPKM level 2, sebelumnya yang kota Mojokerto level 3. Hal itu adalah bentuk pengupayaan pemerintah daerah untuk menurunkan level PPKM.
“Alhamdulillah, kota Mojokerto masuk pada PPKM Level 2”, ungkap Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat acara Penyerahan Simbolis Kain Seragam dan Perlengkapan sekolah, Mojokerto (17/9/2021).
Namun berdasarkan enam indikator asesmen situasi covid-19 Kemenkes, kota Mojokerto akhirnya mulai tanggal 14 September dievaluasi. Kemudian diturunkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) dan mulai diberlakukan tanggal 15 September, kota Mojokerto sudah masuk level 2. Berdasarkan Inmendagri nomor 42/2021, itu artinya seluruh sektor sudah boleh buka.
“Kalau level 3 kemarin kan banyak yang belum boleh buka. Kalau level 2 ini sudah boleh buka namun tetap protokol kesehatan. Pariwisata, bioskop dan tempat olahraga kemarin kan belum boleh, sekarang kan boleh tapi prokes itu yang terpenting”, katanya.
Ning Ita menegaskan kepada warga kota Mojokerto, meskipun sudah level 2 jangan dijadikan euforia sehingga melupakan prokes. Sebab, bisa jadi dari level 2 naik lagi ke level 4.
“Sangat memungkinkan levelnya naik lagi kalau masyarakatnya kemudian abai dan tidak taat terhadap protokol kesehatan. Jadi, kunci agar bertahan di level yang rendah dan bahkan turun lagi ke level yang terendah adalah pada ketaatan masyarakat,” tandasnya.
Menurutnya, capaian vaksin kota Mojokerto juga sudah sangat bagus. Dari awal Agustus sebenarnya sudah terbentuk herd immunity. Namun, ketika herd immunity terbentuk tapi tanpa diimbangi dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Ini tidak hanya kepada masyarakat kota Mojokerto saya tekankan tapi bagi seluruh masyarakat yang ada di kota Mojokerto”, tegasnya.
Kalau masyarakat kota Mojokerto sudah terbentuk herd immunity, lanjutnya, tapi bisa jadi masyarakat luar kota Mojokerto yang berkegiatan di kota Mojokerto atau berdomisili di kota Mojokerto sebagai penyertaan.
“Kalau mereka (masyarakat dari luar kota) herd immunitynya belum terbentuk, juga bisa berpotensi terpapar kemudian menyebarkan kembali. Dan asesmennya meningkat sehingga levelnya juga bisa berdampak meningkat pula”, pungkasnya.
(Gon)