Mojokerto (transversalmedia) – Waspada, terdata di Dinas Kesehatan kota Mojokerto sebanyak 391 warga kota Mojokerto terjangkit Tuberculosis (TBC). Bukan hanya itu saja, tercatat, ada 75 warga yang sebagian besar adalah anak-anak yang terindikasi kuman mematikan ini.
Hal ini, wabah penyakit ini tersebar pada seluruh kota Mojokerto dengan terdiri daerah di tiga kecamatan yakni Magersari, Prajuritkulon, dan Kranggan. Maka atas kebijakan Pemkot Mojokerto melalui Dinas Kesehatan menggeber program anti TBC bertajuk Saber TBC Pliss dalam Launching gerakan anti TBC sekaligus memperingati hari TBC. “Hingga hari ini, jumlah warga yang terdeteksi penyakit TBC tercatat sebanyak 391 orang. 75 diantaranya adalah anak-anak”, kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Christiana Indah Wahyu disela-sela launching. Senin (18/3/2019).
Menurut ia, ratusan warga tersebut kini menjalani pengobatan secara gratis di puskesmas-puskesmas di daerah ini.” Mereka menjalani pengobatan secara berkala mengingat tempo pengobatan TBC butuh waktu lama, paling singkat adalah enam bulan,” katanya.
Christiana Indah mengungkapkan pihaknya kini mengintensifkan pengejaran terhadap kemungkinan warga yang belum teridentifikasi. “Peluang bertambahnya jumlah penderita TBC masih akan sangat besar. Sebab, penyebab penularan terutama dari orang yang terjangkit dalam satu tempat sangat besar. Kami masih berusaha menemukannya”, tandasnya.
Masa inkubasi penyakit ini pada seseorang, lanjutnya, adalah 6-9 bulan. Sedang TBC MDR, 9 bulan. Tanda-tanda penyakit ini adalah batuk, meriang, nafsu makan berkurang, dan mengeluarkan keringat dingin pada malam hari. Kuman ini menyebar dari udara dan menyerang paru-paru.
Sementara itu, Kepala Seksi P2TM Dinkes Propinsi, Siti Murtini, mengungkapkan penyebaran TBC sudah menyentuh 38 daerah di Jatim. “38 daerah di Jatim ada semua, karena telah mewabah. Jika dalam 100 ribu penduduk, ada yang terjangkit TBC 230 orang namun hanya ditemukan 145 orang berarti pengobatan tidak tuntas. Hal seperti itu yang beresiko menularkan kembali”, katanya.
Ia makfum, sebab selama ini masyarakat kerap menganggap batuk sebagai batuk biasa. Dan penyebaran penyakit ini rentan karena tidak mengenal usia, semua rawan terjangkit. “Apalagi rumahnya pengap pasti penularannya akan mudah”, lanjutnya.
Soal terjadinya wabah ini Walikota Mojokerto Ika Puspitasari menyatakan perang terhadap TBC.”Kita akan melakukan screening. Kita juga akan menghambat penularan TBC melalui program riil yakni mengantisipasi pada daerah kumuh. Daerah kumuh akan hilang sampai akhir 2019”, tegasnya. Disinggung soal payung hukum anti TBC, Ika menyatakan masih akan mengkajinya lagi.
(Gon)