Mojokerto (Transversal Media) –Â Harga sejumlah komoditi pokok di Kota Mojokerto terkatrol momentum Natal dan Tahun Baru 2018. Walikota bahkan langsung menginstruksikan jajarannya untuk segera menggelar Operasi Pasar (OP). Program ini diyakini mampu meredam gejolak harga terutama beras dan sayur-mayur.
“Naiknya harga sembako ini karena pasokan dari daerah kurang akibat bencana dan hujan terus menerus. Langkah kita ya segera gelar OP, ” tegas Walikota Mojokerto, Masud Yunus usai sidak harga sembako bersama jajaran Forkompimda di Pasar Tanjung Anyar, (12/12/2017) kemarin.
“Naiknya harga sembako ini karena pasokan dari daerah kurang akibat bencana dan hujan terus menerus. Langkah kita ya segera gelar OP, ” tegas Walikota Mojokerto, Masud Yunus usai sidak harga sembako bersama jajaran Forkompimda di Pasar Tanjung Anyar, (12/12/2017) kemarin.
Dalam sidak tersebut orang nomer satu di pemkot itu mendapati sejumlah keluhan pedagang terkait kenaikan harga sembako. “Harga tomat, wortel, sawi, cabe merah, dan kubis naik Pak. Kenaikan rata-rata Rp 5.000-7.000, ya berpengaruh Pak jadi sepi,” keluh Suyati seorang pedagang sayur.
Menurut ia, kenaikan terjadi pada komoditas tomat saat ini mencapai Rp 5.000 dari Rp 3. 500. Yang lain wortel Rp 10. 000 dari harga sebelumnya Rp 6. 000.
Kenaikan juga terjadi pada harga beras.
Achmad Fauzi, seorang pemilik toko grosir mengaku omzetnya anjlok sejak dua pekan lalu ketika pihaknya mendapati kenaikan kebutuhan pokok ini.
“Harga beras premium eceran IR 64 sebelumnya Rp 9.500 sekarang Rp 10.500. Jenis Pandan Wangi dari Rp 11.500 jadi Rp 12.000 demikian dengan Bramu dari Rp 11.500 naik jadi Rp 12.000,” terangnya. Ia mengaku kenaikan ini dipicu telatnya pasokan dari petani. “Stoknya telat. Ya jelas (pendapatannya) jelas berkurang karena pembeli menunda pembeliannya sampai harga stabil,” keluhnya.
Kenaikan juga terjadi pada harga beras.
Achmad Fauzi, seorang pemilik toko grosir mengaku omzetnya anjlok sejak dua pekan lalu ketika pihaknya mendapati kenaikan kebutuhan pokok ini.
“Harga beras premium eceran IR 64 sebelumnya Rp 9.500 sekarang Rp 10.500. Jenis Pandan Wangi dari Rp 11.500 jadi Rp 12.000 demikian dengan Bramu dari Rp 11.500 naik jadi Rp 12.000,” terangnya. Ia mengaku kenaikan ini dipicu telatnya pasokan dari petani. “Stoknya telat. Ya jelas (pendapatannya) jelas berkurang karena pembeli menunda pembeliannya sampai harga stabil,” keluhnya.
Menurut ia, fenomena ini dipastikan terjadi hingga usai Tahun Baru mendatang. “Semua mengeluh. Kita mintanya ya harganya stabil. Sekarang pembeli beras super beralih ke kwalitas biasa yang IR 64,” urainya.
Aksi naik harga ini tidak diikuti beberapa komoditas lainnya. “Harga daging tetap sejak tiga tahun lalu, tidak ada kenaikan. Kualias biasa Rp 105.000 per kg sedang super Rp 115.000 perkg,” cetus Moch Rusli.
Aksi naik harga ini tidak diikuti beberapa komoditas lainnya. “Harga daging tetap sejak tiga tahun lalu, tidak ada kenaikan. Kualias biasa Rp 105.000 per kg sedang super Rp 115.000 perkg,” cetus Moch Rusli.
Demikian dengan bawang. Di kios milik Suyati harga bawang merah malah turun jadi Rp 15.000 dari Rp 18. 000-Rp 20.000. Sedang bawang putih sekarang Rp 16. 000 dari Rp 20.000.
(Arin/Gon)
(Arin/Gon)