Mojokerto (transversalmedia) – Pasca ludesnya kebakaran pasar benteng pancasila (benpas) 23 September 2017 tahun lalu, kini perkembangan untuk pembangunan kembali pasar benpas masih tarik ulur antara pihak pemerintah kota Mojokerto dengan pihak pengembang.
Anggota DPRD kota Mojokerto Odiek Prayitno, mengatakan informasi perkembangan pembangunan pasca kebakaran pasar masih tarik ulur, “Penyerahan aset ini diserahkan pengembang, saya dengar sudah ada di Bapeko. Saya dengar eksekutif dengan pengembang masih tarik ulur”, ungkapnya saat menanggapi aspirasi warga pada agenda reses di lokasi balai RT 3 RW 4 jalan Parangao, Perumahan Kedundung Indah, Magersari, Kota Mojokerto.
Informasi yang di himpun transversalmedia.com, nantinya pengerjaan proyek pembangunan ditangani oleh Kementerian Perdagangan. Dari total anggaran yang di plot kan dipangkas, “Lapak benteng pagu sebelumnya 12 miliyard dipangkas turun menjadi 10,6 miliyard”, katanya. Sabtu (9/3/2019).
Politisi PKS ini mengharapkan pada Pemkot Mojokerto, “Untuk PKL jalan benteng Pancasila, APBD kota Mojokerto itu harus di maksimalkan bagi warga kota dan perlunya diverifikasi ulang untuk lapak nantinya jika sudah selesai dibangun, harus dari warga kota dan kepemilikan lapak harus kepemilikan yang dahulu yang sudah disediakan”, pungkasnya.
Sementara, dalam reses DPRD kota Mojokerto, Udji Pramono menyampaikan tentang kepemilikan aset Pemkot yang bisa di manfaatkan menjadi tempat wisata. Tetapi pada era Abdul Ghani Soehartono, Walikota Mojokerto di masukkan pada perencanaan pembangunan akan tetapi, hal itu mandeg akibat kurangnya ketersediaan lahan yang luas.
“Pernah rencana aset Pemkot dikembangkan menjadi wisata air panas pada saat era Walikota pak Ghani, akan tetapi Ghani berbicara pada saya sendiri, program itu dihentikan penyebab kurang luasnya tanah, terus tanah sebelahnya rencana mau dibeli tetapi pemilik tidak mau”, katanya saat giat reses di Kedungsari, Magersari, kota Mojokerto.
Perlu di ketahui, tanah aset pemkot itu wilayah Kedungsari, kelurahan Kedungsari, pernah dijadikan titik kumpul homo seksual.
(Gon)