Mojokerto (transversalmedia) – Pemerintah kota Mojokerto kembali berturut-turut meraih piagam penghargaan, anugerahan penghargaan kali ini adalah sebagai Kabupaten atau Kota Terinovatif Dalam Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular di Jawa Timur 2022 dengan tertanggal 2 Mei 2023 dari Kepala Dinas kesehatan Pemprov Jawa Timur.
“Bahwa kemarin kita mendapatkan penghargaan dan sebagai Kab/Kota terinovatif dalam pengendalian penyakit menular dan tidak menular”, ungkap Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) dr. Farida Mariana, M.Kes.
Pejabat yang baru dilantik naik menjadi eselon 2B Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari 3 hari yang lalu mengungkapkan alasannya Kota Mojokerto meraih anugerah piagam penghargaan.
“Ternyata alasan yang paling mendapatkan dasar penilaian adalah karena kita mendapatkan capaian untuk coverage tertinggi untuk penanganan TBC (Tuberculosis), ya dari pencapaian suspek atau kemudian dicek di laboratorium kalau sudah positif kita obati sampai sembuh karena rangkaian itu makin tinggi”, ungkapnya.
Penilaian kota Mojokerto merupakan cukup tertinggi hampir 100 persen dari nilai target, “Nilai kita sangat tinggi dari target kurang lebih 400, kita mencapai nilai 700 sekian jadikan hampir 2 kali lipat. Itu berarti bukan berarti kita jelek atau ketemu banyak tim karena tim kita sangat proaktif mencari, itu ketemu bekerjasama dengan rumah sakit dengan klinik, termasuk orang kabupaten atau luar kota Mojokerto tapi memilih faskes kita, itu kita layani”, tuturnya.
Farida menegaskan pelayanan kesehatan kota Mojokerto tidak memandang status tempat tinggal pasien tapi memberi pelayanan yang optimal bagi pasien, “Ini kan tidak memandang kewilayahan ya, kita juga sudah di propim dari pusat, asal mau berobat di faskes kota Mojokerto dan pengobatannya kan 6 bulan, di komitmen awalkan sudah harus komitmen berobat di faskes kita, memilih kami silahkan tapi harus sampai selesai, jangan sampai pedot di tengah jalan”, tegasnya.
Penanganan utama kasus penyakit adalah TBC karena perawatan penyakit ini membutuhkan penyembuhan yang lama, kurang 6 bulan penanganannya. Maka Farida memberi solusi dalam pencegahannya, “Jangan menyepelekan penyakit batuk, kadang orang memikir batuk adalah hal yang biasa dan pengobatan penyakit TBC memakai obat batuk biasa ya tidak sembuh butuh proses selama 6 bulan”, katanya.
Penyakit TBC menular melalui saluran nafas, percikan ludah dan kuman itu akan mati dengan cahaya sinar matahari yang masuk rumah. “Jadi rumahnya tidak boleh dalam keadaan lembab harus ada sinar matahari yang cukup yang bisa masuk, ventilasi harus cukup. Kalau di perumahan yang penting sirkulasi udara bisa pakai exhaust dan yang paling penting sinar matahari bisa masuk ke rumah caranya pakai genteng kaca dan plafon bisa tembus cahaya. Itu simple murah tapi solutif itu lo. Rumah sehat itu kalau siang tidak usah pakai lampu, cukup pakai sinar matahari”, pungkasnya.
(Gon)